30+ Kumpulan Puisi Kehilangan Ibu yang Menyayat Hati

30+ KUMPULAN PUISI KEHILANGAN IBU YANG MENYAYAT HATI

TEROPONG-MEDIA.COM | PUISI - Kehilangan ibu merupakan musibah terbesar dalam hidup bagi seorang anak. Ibu merupakan sosok terkasih yang selalu tulus dalam mencintai anak-anaknya. Ia tak lelah dalam mendidik, menyekolahkan dan membesarkan.

Terkadang ia tahan lapar untuk mengalah agar anaknya dapat makan dan bertumbuh besar. Walaupun ia telah tiada, tetapi kehadirannya (pesan) tidak pernahsirna.

Berikut puisi yang kami dedikasikan kepada ibu yang telah tiada.

Puisi-puisi bertemakan tentang kehilangan Ibu yang kami kutip melalui berbagai sumber dan writer:

30+ Puisi Kehilangan Ibu

1. Sebelum Tanah Memeluk Lelapmu

Nyatanya, kita tak pernah cukup dewasa di hadapan kehilangan, Bu

Usia menjulang

Tanggung jawab segudang

Ritme hidup yang tak berimbang

Segalanya ...

segalanya tetap menjadikan tangis kita kekanak-kanakan

Kudengar lolongan duka itu tercurah dari bibir sendiri

Kendati kutangguhkan hati berlipat kali

Tapi siapakah yang berhak menenangkan air mata, Bu?

Sementara yang kemudian hilang adalah hadirmu yang maha Ibu 

Lepas segala isakku

Kukemasi lagi aku, demi doa dan segala harapmu 

Meski tak ingin kupercayai apa-apa lagi

Kuyakin engkau paling menyimak runtuhnya seisi dada

Tetapi jangan risau, Bu ...

Seperti hari-hari lalu

Dentum suaramu selalu lekat

Kesedihanku akan senantiasa segar

Agar mekar selalu mata air yang basah di kelopak netra

Agar terbang selalu doa-doa untuk selamatmu di sana

Sebelum tanah memeluk lelapmu esok hari

Biar kugelar rela seringan senyummu sebelum menutup mata selamanya

Karya: Ira Ikrima

Lombok, 31 Januari 2024

2. Kutitip Rindu

Ibu sedingin itu ya ?

Hingga yang ibu pilih pulang pada pangkuan semesta 

Apakah pelukanku kurang hangat, atau rumah kita kurang nyaman?

Hingga ibu betah tidur di sana sendiri 

Aku pikir, setelah pergimu aku hanya kehilangan dirimu saja.

Tapi nyatanya, sejak saat itu duniaku terasa hampa dan aku kehilangan segalanya tentangmu

Semangatku hilang bersama pergimu yang tak kembali

Air mataku menderas walau terucap kata ikhlas 

Bu, bisakah temui aku di simpang jalan yang bernama ingatan 

Sebab kali ini sakitku butuh pulang pada pelukan 

Ibu terlalu dalam dipeluk bumi 

Hingga perihal rindu , aku selalu meminta kepada Tuhan untuk disampaikan

Jika nanti hujan , kutitip rindu di setiap rintiknya yang jatuh di tempatmu yang baru 

Maaf, jika aku selalu merindukanmu dengan perasaan terdalam 

Dulu jika rindu kita bertemu, sekarang jika rindu aku hanya bisa mendoakanmu

Karena aku sadar, saat ini kita ada di jarak paling jauh tapi amat dekat dalam do'a 

Karya: Julia 

Kabanjahe, 29 Januari 2024

3. Rumah Yang Telah Tiada

Rindu menggunung inginkan temu

Dan hati yang dibanjiri genangan lara

Mengenang dekap dalam tangis tersedu

Rumah tercinta sudah tidak ada

Resah digulung sendu mengiris hati

Kala kaki gamang melangkah kemana 

Pulang hanya kosong yang kutemui

Karena rumah tercinta telah tiada 

Ratap dan tangis warnai hari sepi

Gugat takdir semua telah tergaris

Gundukan tanah yang kini menanti 

Sepi, tiada lagi senyuman manis

Kehilangan telah memaksa air mata

Namun hidup dan ajal adalah pasti

Tempat pulang yang telah tiada 

Lantunkan doa sebagai penyembuh hati

Karya: Astri Nurdiin 

Bogor, 27 Januari 2024

4. Hanya Itu yang Bisa Kuberi

di saat begini

tak ada puisi yang bisa mewakili

rasa sakit tak terperi: 

dalam sanubarinya

tangisan, hanya tangisan

mampu sedikit lukiskan segala nestapa

yang hinggap di dadanya

walau tetap saja—perih itu nyata

hanya doa

yang kuasa kuberi

doa semurni—air mata yang suci

Doa yang berbunyi:

"Ya, Tuhan, jika hamba boleh meminta,

jadikanlah kesakitan di hatinya, 

menjadi penunjuk jalan ibunya ke sana,

ke tempat Engkau berada,

ke surga yang Engkau janjikan."

hanya itu yang bisa kuberi

Karya: Enricko Hendayana 

Nanga Tayap, 26 Januari 2024

5. Pulangmu Tidak akan Kembali

masih kupandangi gundukan tanah merah; basah

bertabur pandan dan mawar

pertanda jasad belum lama terpendam

bersamanya terkubur semua angan

masih kupandangi nisan di hadapan

terukir namamu di sana

di bawah teduhnya tanaman kamboja

yang aromanya mengingatkan kesedihan

aku meratap

mengingat semua kebersamaan kita

bukankah ibu katakan jika ingin pulang?

ke kota kelahiran menemui kakek dan nenek 

sekali lagi aku meratapi

bagaimana nanti?

tidakkah ibu iba padaku yang kau tinggalkan?

aku masih membutuhkan peluk kasihmu, bu 

ah, aku lupa

bahwa ibu benar menepati ucapan

pulang ke kampung halaman

dan tidak akan kembali lagi 

iya, kau pulang

benar-benar pulang

Karya: Gaby Nja 

Bogor, 30 Januari 2024 

6. Yang KataNya

Dan tiba saja kita

di tempat terpisah

kau yang bersama cinta 

kemudian pergi

ditiup-tiup angin

aku yang bersama rindu 

kemudian diam

menapaki segerimit ketidaktahuan

—kapan terakhir kali muson membawa hujan?

biar diguyur-guyur diriku dari dirimu,

yang kataNya kini

tinggal di langit?

O, ibuku 

tetapi umpama kau serta aku adalah laut

dan pohon kelapa

kau melihatku dari ketinggian

sesekali aku kunjungi kau 

bersamaan ombak yang berdebur

ternyata ibuku, menyapamu menciptakan senak

berakhir pecah seribu di kedua mata

berburai derai-derainya

menelaga seluas cintamu dahulu kala

Ibu—kencintaanku yang paling

apa kabar? 

sudahkah tilam dalam kamar kau ganti?

sembari menembangkan tak lelo-lelo tedung

kau selusuri seruak suraiku 

lembut, kurasakan luar biasa jalan cerita

bahagia aku bahagia

sebelum bukuNya ditutup paksa

kau tiada, ibuku

diajak Tuhan tinggal di rumah

yang sementara tanpaku

Aku pilu, ibuku!

pilu 

tetapi bisa apa?

selain hanya mengirimimu doa

serta mulia yang panjang

semoga bisa terus

-menerus menerangi kau

di sana, ibuku

di tempat yang lebih menyayangimu

ketimbang aku, kataNya

Oleh: Nuka Roku

Jakarta, 28 Januari 2023

7. Tanggalnya R(i)uh di Rabu

rabu itu rupa langit kusut

matahari terbungkus kabut likat

angin tabur musim pupur bunga kamboja

kelopak januari menitikkan lebat gerimis

lekat ayat doa dalam bisu pusara

ada yang memanggil pulang

di antara derak dahan tanggal

tetapi sepa𝗿𝘂𝗵ku benam bersama r(i)uhmu

sesaat semua seperti dongeng belaka

sampai nasi menagih janji periuk

lumpang alu curi sekelebat bayangmu

tungku pun lekas mengabu

udara sesak terisak, bu

tak terhitung berapa kali

tetes-tetes air jatuh ke panci

ke wajan dan— kuharap resap

ke tubuh jam

kembalikan masa cuaca persis

sebelum ibu tiada

namun gerimis kemarin

malah jadi hujan angin

Karya: Aurellya Anthy

Rabu, 31 Januari 2024

8. Kisah Sang Pemilik Surga 

Kepergiannya begitu tiba-tiba

Terasa hancur jiwa pun raga

Mengapa bisa takdir mencerca

Sedang bahagia belumlah sempurna

Tetesan netra mencabik-cabik sukma

Mengingat peristiwa berselubung duka

Tentang si pemilik surga

Telah lelap di pangkuan semesta

Tak mampuku menampik semua

Meski tangis memecah cakrawala

Dengan kekuasaan-Nya

Ibu dan anak akhirnya berpisah jua

Gemetar bibir bertahmid pinta

Saat mencurahkan beribu nelangsa 

Kiranya Tuhan tak jemu mendengarnya

Menyimak doa insan yang papa

Agar bunda senantiasa bahagia

Di keabadian paling nyata

Wahai Penguasa Jagat Raya

Tolong dengar permintaan hamba

Jagakan ia selama berada di sana

Berikan jalan terang pengganti pahala

Semoga dosa-dosa tak turut serta

Supaya sua dapat terwujud di suatu masa

Karya: Nania

Padang, 30 Januari 2024

9. Rumah Sunyi

Aku rasa rumah itu kehilangan jendela 

Tempat masuk semilir angin dan sinar mentari pagi

Tempatku melihat dunia, taman bunga, kupu-kupu hilir mudik

Tempatku menopang dagu menatap kapas putih bergumpal-gumpal di lengkung langit

Rumah itu  sunyi tak ada lagi  dongeng pengantar tidur

Kamar hening tilam hanya beraroma melati

Di mana Ibu?

Rumah terasa dingin

Dapur sunyi tungku sunyi meja makan sunyi

Tempat biasa kutemukan banyak cinta dan bahagia 

Di teras depan dua kursi diam mengulum sepi

Tidak ada cengkerama pun gelak tawa

Aku menyimpan semua nasihat Ibu dalam pundi pundi pekerti

Aku menyimpan petuah Ibu dalam sekantung kalbu

Aku menyimpan kasih sayang Ibu dalam embusan napasku

Aku melangkah karena karena restu sejati 

Sesuatu tercerabut dari hatiku ialah rindu

Sesuatu menyesakkan ruang dadaku ialah lara

Akan tetapi aku harus ikhlas

Mencintai tanpa bekas

Karya: Sri Widyaningsih Pangkey 

Tegal, 29 Januari 2024

10. Doa dan Cinta Untukmu, Ibu

Curahan kasih yang sejati 

Mengiringi perjalananku

Dalam cintamu teriring doa suci

Dalam restumu aku melangkah

Engkau beri arti 

Pada keindahan kasihmu

Mengenalkanku pada warna-warni dunia

Menganugerahiku dengan kebahagiaan dan cinta

Ketulusan terpancar dari hatimu

Menerangi jiwaku

Senyummu seelok pelangi dan sehangat mentari

Menumbuhkan harapanku

Dalam buaianmu

Aku berpeluk

Begitu besar jasamu, Ibu

Kau ajarkanku tentang arti kehidupan

Terima kasihku, Ibu

Untuk semua kasihmu

Untuk semua pengabdianmu

Dalam prasasti terukir cintamu

Karya: Evin Roses

Jakarta, 31 Januari 2024

11. Doa Untuk Ibu

Sebingkai kenangan masih terekam jelas

Tatkala engkau memanjakanku dengan setulus kasih

Menjaga agar hujan tak turun di kedua mataku

Memberikan petuah-petuah bijak tentang arti kehidupan

Masih membekas dalam ingatan

Raut wajah menua menguratkan beratnya tanggungan

Bingkaian letihmu tiada pernah sudah

Memintal lembaran kasih bersulam indah

Ibu, kurindu pada aksaramu terangkai mesra

Kurindu pada ungkapan terima kasihmu saat setetes keringatku kaucicipi

Kurindu pada kehangatanmu yang mendekap gigil kalbu

Namun, kau telah pergi saat budimu belum terbalas

Ibu, maafkan anakmu yang baru beranjak dari mimpi

Hanya setangkup doa dalam tiap sujud yang mampu mengiringimu

Tidurlah lelap dalam damai pangkuan-Nya

Ya Rabb ... bahagiakan Ibu di surga-Mu

Karya: Rasmi

Tegal, 31 Januari 2024

12. Nyala Cintanyalah yang Bersinar Itu

Sepertinya baru kemarin

ibu masih pohon rindang meneduhkan

dengan cabang tempat kau bergelayut riang

juga akar yang beri kekuatan 

sepertinya baru kemarin

kelembutannya menyentuh bunga-bunga hati

meniupi perihnya luka

mengelus penat kepala

sepertinya baru kemarin

dadanya menjadi tempat kau labuhkan 

segala gundah

tatapannya penuh pengertian 

bahkan saat kau salah

tetapi usah sedih pun risau

perpisahan hanyalah titik embun 

yang lepaskan genggaman pada daun

bukan untuk menghilang musnah

tapi untuk suburkan tanah

begitu pula ibu tersayang

dia tak pernah pergi meninggalkan

tapi siapkan ruang bagi pertumbuhan

dan dampingimu menapaki kedewasaan

karena cinta ibu tak mengenal batas 

ruang dan waktu

karena satu-satunya yang ibu inginkan

adalah kau hidup penuh kebahagiaan

jadi, lihatlah lagi dan lagi 

lagi dan lagi

terus dan lagi

ke dalam relung hatimu

niscaya kau lihat:

nyala cintanyalah

yang bersinar itu 

Karya: Kenji L. Diaz

Bekasi, 30 Januari 2024

13. Titip Rindu Buat Ibu Di Surga

Kala fajar berbau embun,

Pada-Mu aku mohon ampun,

Ku kirim sepucuk doa untuk ibu,

Yang kini jauh dari sisiku.

Kutitipkan rindu padanya,

Lewat lantunan doa dan asa,

Rasa menggelora dalam dada,

Diselimuti dengan cinta.

Ya Tuhan,

Sampaikanlah rindu yang tak tertahan,

Untuk salah seorang wanita,

Yaitu ibu tercinta.

Sampaikanlah perihal rinduku,

Yang tak mengenal waktu,

Hari demi hari berlalu,

Entah kapan kembali bertemu.

Ibu,

Aku rindu padamu,

Rindu tawa dan candamu,

Rindu mencium kedua tanganmu.

Karya: Fadhil Attala Ahmad

Lahat,30 Januari 2024

14. Menyatu Bersama Kamboja

Maka aku hanya bisa menyediakan tangis, Bu

Dalam doa yang tembus bersama langitku

Tersibak awan dan rona kebiruan

Aku merindumu, Sang Puan 

Maka sesak telah sampai pada puncak

Dunia yang bingar telah rusak

Tanahmu suatu hari muncul bunga

Di antara banyak ciri bunga tumbuhlah kamboja 

Maka apa kabar langit?

Kasih Ibu tiada tersaingi

Tak peduli dirimu sakit

Kau tetap tersenyum untuk sang buah hati

Kau tumbuh menjadi kamboja

Agar tahu kau baik-baik saja

Agar kau menyuruhku jangan menangis

Tidak, Bu! Aku tidak menangis

Karya: Syaif Kalingga

Probolinggo, 28 Januari 2023

15. Punggung yang Hilang 

Di antara lalu-lalang langit yang buram 

Aku tenggelam dalam hiruk-pikuk malam

Dihempas tangis dalam ruang paling entah 

Kurasakan tubuhku seolah tak lagi terjamah 

O, ke manakah punggung yang setia itu?

Tempat berteduh mana kala hati dirundung pilu

Tetapi Tuhan tetap saja membiarkan 

Arak-arakan awan kelabu terus berkeliaran 

Padahal baru kemarin kusesap hangat tanganmu 

Membelai dan mengusir debu-debu resahku

Kini, hilang sudah rentetan harapan 

Dengan adamu yang pergi tanpa alasan 

Meski hati masih ditampar luka-duka 

Kucabut paksa dalam bentuk keikhlasan 

Tunggulah aku di pintu surga 

Bersama kita melanjutkan perjalanan 

Karya: Mutik Urrohmah 

Pasuruan, 31 Januari 2024

16. Ibu

Karya: Elle Geraldine

tetaplah menjadi

jendela untuk melihat dunia

pintu untuk melangkah 

peluk untuk kepulangan

dimana seluruh kerinduan 

tepat di dadamu yang tabah

rumah kenang yang tertinggal 

kata-kata tertanggal

menetap di dinding-dinding sunyi

langit penuh kehilangan 

satu persatu 

aku ingin membuka

kunci ingatan dan 

menemukan dongeng yang kau baca

obrolan berjam-jam tanpa bosan

serta canda dan hapus segala resah

nyatanya hari ini

begitu sepi

tak kutemukan 

sepasang mata teduh

lengan yang hangat

tutur yang bijak;

kini merupa mimpi

aku ingin 

menyambung kisah

hingga masa depan

namun sebuah nama

telah merampungkan 

kenang paling abadi

aku rindu,

apakah dapat 

kutemukan maafmu

Ibu...

Karya: Elle Geraldine

Hongkong, 26 Januari 2023

17. Aku Rindu Ibu

Pesta duka bersimbah air mata 

Mengiringi kepergianmu untuk selamanya 

Gemuruh sesak menyeruak di dada 

Seketika goyah langkah memijak semesta 

Ibu, aku rindu saat kita bercengkerama 

Menyusun banyak agenda bekal meniti dunia

Di dalamnya sarat petuah bijakmu

Menguatkanku dalam menggapai gerbang tuju 

Ibu, aku rindu gelak tawamu

Menyaksikan jenaka laku diri 

Ketika keluguan mengelabui harap 

Ranum waktu belum menempa tekad 

Ibu, aku kehilangan aroma tubuhmu

Pengobat lelah saat raga menemui temaram

Belaianmu mujarab menenangkan gulana 

Kini tersisa cerita dalam bingkai kenangan 

Demi ringan langkah menuju nirwana 

Ikhlasku melepasmu bersama khusyuk doa-doa 

Semoga Sang Pencipta berkenan ampuni khilaf dan dosa 

Lelap dalam tidur panjang mengulas senyum keikhlasan 

karya: Ash Yanti 

Penajam, 30 Januari 2024 

18. Ibu, Aku Rindu

Ibu, rinduku tak lagi berujung temu

Hanya tersisa kenangan 

Sebagai pelipur rindu

Ibu, bila aku pulang

Kususuri kenangan yang tersisa

Di sudut-sudut ruang rumah kita

Tak terasa rinai air mata membasahi pipi

Aku rindu nasihatmu

Pun saat-saat kita bersama habiskan waktu

Kini hanya doa yang bisa kulangitkan 

Untukmu, duhai Ibu

Semoga dilapangkan kuburmu

Karya: Diana 

Martapura, 31 Januari 2024

19. Takkan Lagi

Binar teduh itu takkan kutemukan lagi, Bu

Sapa hangat dari bibirmu takkan terdengar lagi olehku

Senyum tulus itu juga takkan terlihat lagi 

Pelukan yang menenangkan itu juga tiada kini

Aku sangat merindukan Ibu

Kehilangan ini sangat perih, maukah Ibu hadir ke mimpiku?

Aku tahu tak boleh begini, tetapi aku bisa apa selain mengikhlaskan Ibu?

Lantunan doa takkan henti aku tujukan untuk Ibu

Kasih sayang yang Ibu tanam untukku

Takkan hilang di ingatanku

Semoga Tuhan melapangkan pembaringan Ibu

Dan menghadiahkan surga untuk Ibu

Aku di sini akan berusaha

Untuk menjadi sosok tangguh demi Ibu

Aku takkan lagi menitikkan air mata

Meski duka masih menyesakkan dadaku

Karya: Fitriade Septika II 

Jakarta, 30 Januari 2023

20. Stay

Mom,

kuketuk pintu pagi ini

berharap suaramu

tapi cuma kotak memori

ingar bingar simfoni sendu

gaung getirnya semiliar kali

rindu abadi sampai berdebu

Mom,

kumasuki dapur kita

dulu lidah menari di meja

lalu ruang empat mata

tangis tawa kepang manja

pernah juga saling percik–basah semua

katakan, moksa ke mana

Mom,

angin di luar semakin parah

mimpi tegak jelas patah

paling dalam sungguh berdarah

sayup ingin menyerah

bolehkah

atau haruskah?

Mom,

can your hear me screaming

I want you to stay

please, for God sake, please

call your name

again and again and again

no, you still far away

Mom,

butuh seabad 'tuk melepas

tak semudah itu ikhlas

namun petuahmu terus menggagas

tiada rela sejenak meranggas

buatku percaya mampu bertahan

hingga tiba garis finish kehidupan

Karya: Putra Mahardhika

Jember, 30 Januari 2024

20. Mentari yang Sirna

Kabar duka tersiar bagai petir menyambar

Jiwa meranggas raga gemetar

Ku bersimpuh di atas tikar

Tangis pecah lara membakar

Sang penabur doa kembali pada pencipta

Meninggalkan diri tanpa aba-aba

Kini mentariku telah sirna

Tiada lagi dekapan hangat, hampa

Bunda, ku rindu senyum dan tawamu

Ku rindu canda dan petuahmu

Belaian lembut dan aroma tubuhmu

Semoga selalu terpatri dalam benakku

Andaikan masih ada waktu

Ingin sekali kupeluk

Lalu bersujud memohon ampun

Atas segala khilaf dan egoku

Hanya doa kuhaturkan

Pengiring jalan di kehidupan mendatang

Sebagai tanda cinta dan kasih sayang

Dari anakmu yang dulu kau timang

Karya: Wulan Tresno

Kudus, 31 Januari 2024

21. Pelita yang Padam

Bu, dingin ini mengungkungku kini

Karena kehangatannya ikut pergi bersamamu

Bu, mengapa hanya pergi sendiri

Bawalah aku juga bersamamu

Bukankah dulu kau selalu mengajakku ke mana pun, Bu?

Tak pernah sekalipun kau meninggalkanku 

Sekarang aku sendiri, Bu

Duniaku turut pergi bersamamu

Siapa yang akan mengusap air mata ini

Karena tangan terlembut itu sudah pergi

Siapa yang akan menasihati saat aku keliru

Karena suara merdu itu telah pergi teramat jauh

Pelitaku kini telah padam

Cahayanya telah kembali keharibaan Tuhan

Surgaku telah kembali kepada pemiliknya

Maka berikan pula surga terbaik untuknya di sana

Khalif Ibrahim Pangesti

Lampung, 30 Januari 2024

22. Hati Pilu Kehilangan Ibu

Ibu, rasanya baru kemarin engkau menimangku

Selendang itu masih tersimpan rapi di kalbu

Warnanya kuning sedikit pudar berbunga rindu

Berjuta kenang melewati waktu

Ibu, ingin semua cerita terulang kembali

Menikmati musim yang berganti

Di meja makan masih terhidu masakan beraroma cinta

Khusus tersaji untuk keluarga 

Ananda kehilanganmu selamanya

Takdir telah digaris Sang Pencipta

Hanya doa dipanjatkan di setiap saat

Kuikhlaskan meski terasa berat

Semoga ibu tenang di sisi-Nya

Kini hati hampa nan sepi tanpa hadirmu

Ruang jiwa sunyi hanya menatap pusara bertabur kemboja

Air mata ini dan tasbih-tasbih cinta sebagai pengobat temu

Karya: Dewi Sekar

Purwosari, 31 Januari 2024

23. Setelah Hilangmu

Aku menyekarmu di sepucuk surat kemboja

fatihah adalah mantra sakti di dalamnya

rindu mekar jadi air mata

ratib tergambar sebagai pitutur cinta.

“Assalamu'alaikum, Bu

gigil lagi-lagi memelukku lewat gending duka

setiap hari rasanya diri ditikam hampa

hidup seperti lucut dari merdeka.

Bu, bagaimana kabar di sana?

atas kepulangan ini, biar aku memikul lara

yang penting adalah bahagiamu

jadi cahaya di sisi Tuhan Yang Maha Satu.”

Ibu, detak nadi

kala hilang, telantar segala bakti

musim tak beratur lagi

kasih t'lah hilang wangi.

Ruang digelar malam

sembah terhatur

maaf tak terukur

sesal tak pernah hancur.

Oleh: Enn

Serang, 29 Januari 2024

24. Surgaku Pergi ke Surga

Angin meniupkan hampa

Tapi kemana ia bawa rindu ini

Hampa .. kosong .. 

Bagai raga tak berjiwa

Kemana lagi aku harus meratap

Bahkan fajar saja enggan menyapa

Teh hangat kini terasa berbeda

Tanpa racikan yang kehangatannya menembus jiwa

Mah, apa ini?

Padahal kau hanya pergi ke surga

Tapi kenapa sesakit ini

Sajadah ku bentangkan

Sujudku kupersembahkan

Hanya doa yang bisa kurapalkan

Tuhan, titip surgaku

Sampai nanti aku kembali pada-Mu

Novita Oktora  

Cibarusah, 25 Januari 2024

25. Kabar Duka

Senja kala itu menjadi kelabu

Kala kudengar kabar tentangmu

Katanya, kau telah berpulang

Nyatanya aku masih menyangkal

Di bawah senja yang berubah gelap

Air mataku tak mampu kuusap

Hatiku masih terus berharap

Agar berita itu hanya gurauan sesaat

Tidak!! Kabar itu nyata

Kau pergi meninggalkan ku begitu saja

Tanpa kabar, tanpa pamit

Membuat dadaku sesat terhimpit

Aku datang menemuinya dengan berurai air mata

Sedih dan terluka seolah menari di dalam dada

Kenanganmu hadir dengan membawa senyum mu yang terakhir

Saat kau berkata, jika esok aku kan datang kembali

Benar, Bu

Aku datang, tapi tak kutemukan dirimu saat menyambutku

Yang kutemui hanya kereta kencana yang kan membawamu pergi selamanya

Bu, aku rindu

Karya: Ade Awalia

Cirebon, 25 Januari 2024

26. Duka Merupa 

Jejak senja di pulau terlantar

Kurelakan kepergianmu ibu tuaku

Ruang hampa merapah di langit kesumba

Aku menahan titisan air mata

Gugur waktu bersama diam

Sepasang jejak tertinggal di buritan masa

Tanpa ucapan selamat tinggal

Entah di mana kucerna artimu

Bentangan sunyi di pusara semesta

Mengabarkan kelatahan yang membius

Di antara kerumitan-kerumitan dungu

Meski embun berpose di keheningan

Segala yang telah mati rasa

Berarak ke lumbung sepi yang purba

Harapan padamu telah hirap

Ketika surga berkata sudah selesai

Karya: Bait El

Bandung, 31 Januari 2024

27. Renjana Kubalut Dengan Doa

Tatkala pelitaku padam

Dunia seketika menjadi gelap gulita

Langkah semakin buntu menapaki luas buana

Hati yang dulu utuh kini menjadi remuk redam

Ah, tempat bersandarku telah berpulang ke pangkuan Ilahi

Ia pergi selamanya tak akan pernah lagi kembali 

Sejak saat itu nestapa menjelma karib sejati

Pun syair elegi menemani hari demi hari

Ibu, aku masih belum siap kehilanganmu

Diri ini tak sanggup menyandang predikat piatu

Nasibku laksana biduk di tengah samudra

Terombang-ambing tiada pasti oleh debur ombak yang menggulung paksa

Enyahlah rindu! 

Jangan biarkan bulir bening di kelopak mata terus berjatuhan

Izinkan renjana kubalut doa tulus dari relung kalbu

Agar wanita paling kucinta berbahagia di sisi Tuhan

Karya: Dian Rahmawati

Klaten, 31 Januari 2024

28. Waktu dan Kesiapan 

Januari telah datang lebih awal

Ia bahkan tak sabar menunggu

Saat aku masih mengemasi mimpi

Selarik sajak baru saja kuikat dengan pita ungu

Untuk esok hari

Bersamamu, Ibu

"Cepatlah, Nak!

Waktu sudah datang di depan pintu

Ia tergesa menagih sebuah janji

Kali ini tidak ada lagi penangguhan

Harus lunas"

Tunggu aku, Bu

Putri kecilmu belum siap

Bekalku belum matang

Ajari menanak nasib dengan belas kasihmu

Seperti biasa

Kau menyuapiku dengan nasihat

Dan aku melahapnya dengan cepat

Lihatlah!

Lembaran takdirku sepolos kain mori

Banyak kisi-kisi yang belum kubaca

Untuk mengisi kisah-kisah yang harus kulalui

Sendiri 

Sebagai dirimu

Setengahmu; aku

Bu, sampaikan pada waktu

Doa-doaku penuh untukmu

Hingga rindu terbayar tuntas

Tak lagi terampas

Di luasnya Arasy

Virda Nur Aini 

Gresik, 30 Januari 2024

29. Tanah Basah Kerinduan

Ibu, dalam ringkih kepayahan pijakku tertatih

Menyusuri keheningan malam tanpa taut arah

Masih kurasakan hangat dekap pelukan kasih 

Memberi kedamaian saat dunia merutuki  serapah

Ke mana mengadu tumpahkan segala rintih?

Terlalu angkuh semesta mengusung dada

Tertawai jiwa yang lemah dan kerap tersisih

Tanpamu aku bagai rembulan pasi tak bercahaya

Kehilanganmu adalah sesak yang tak bisa kusembunyikan

Hingga raut enggan melukis manis senyuman

Kuratapi bayangmu setiap singgah dalam kenangan

Petuah bijak pernah kudengar, menuntun laju perjalanan 

Di pemakaman sedu kupersembahkan cinta 

Kusirami air kembang warna-warni beraroma duka

Kutanami bunga kamboja, bersemi di pusara sepi 

Rindangnya meneduhi pelataran ziarah suci 

Di gundukan tanah basah, kita bersulang kerinduan

Nyatanya alam berbeda, kuraba nisan diiringi tangisan

Lirih merapal doa mengamini setiap pinta pada Sang Ilahi

Semoga Ibu bahagia dalam kenikmatan kubur, meraih surga tertinggi

Karya: Zahirah Zahra 

Bekasi, 30 Januari 2024

30. Lenyap dialur Takdir

Senyum manis masih membekas

Memori ingatan menjamu setia

Klise itu direnggut dengan perpisahan raga

Bayanganmu dalam kuas

Ibu, 

Di sini aku tertatih mendekap rasa

Berlari menelusuri kebahagiaan bersamamu

Menari harapan memeluk mesra

Ibu,

luka lara ini menampar diri

Waktu tiada bisa berlalu lalang berseteru

Memompa kesadaran nafsu sebagai insani

Ibu,

Telah bahagia bertemu illahi

Aku terjatuh lagi dan lagi

Terdiam menata hati

Dunia kesenangannya berlabel semu

Ibu,

Di sisa usia aku di emban

Doa ini selalu aku langitkan untukmu

Berpacu diri dengan bekal, agar Sang Pencipta sudi untuk memberi ruang kita bertemu

Karya: AisyahKho

Palembang, 31 Januari 2024

31. Tak ku Temukan Ibu Dalam Pagiku

Tak kutemukan ibu ketika aku membuka mata

aku telah kehilangan pagi 

ketika semalam kesedihan datang mengetuk pintu

aku bahkan belum siap duduk bersama dengan luka dan sepi yang baru

aku ingin ibu membangunkan ku seperti biasa

lalu meniup doa di atas keningku agar aku baik-baik saja

bukankah ibu adalah tangan Tuhan?

yang mengangkat tubuhku saat jatuh dihempas kekecewaan

ibu ...

barangkali sekarang kau tengah bertandang

ke tempat yang paling lapang

tempat di mana tak lagi kau temukan air mata lara

Karena aku tak sengaja menyebabkannya 

ibu ...

di atas tanah pembaringan mu kelak akan menjadi tempat bertumbuh

rumput - rumput kecil seperti anakmu

tumbuh panjang lalu berjuang

sebab sesekali angin meniupnya dengan kencang 

ibu ...

berbahagialah di sana

aku akan menyimpan namamu dalam kepingan doaku

sampai kita bertemu

dalam rumah Tuhan yang tak lagi mengenal rindu

Karya : Riana Dewi 

Mojokerto, 28 Januari 2024

Demikian artikel 30+ Kumpulan Puisi Kehilangan Ibu yang Menyayat Hati

Semoga bermanfaat

- Teropong Media, Melihat Informasi Lebih Jelas -

Posting Komentar untuk "30+ Kumpulan Puisi Kehilangan Ibu yang Menyayat Hati"